Spiritual Budaya jawa

Spiritual Budaya Djawa ( Area Malang Raya )

Kirab Pusaka dimulai dengan membawa pusaka dalem mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran. Peserta upacara kemudian mengelilingi Pura Mangkunegaran dan menaati Laku Tapa Bisu, yakni berjalan sambil bertapa membisu dan tidak diperkenankan berbicara selama mengelilingi pura. Hal ini memiliki filosifi keheningan dan sebagai tanda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME sekaligus merenungi ucapan dan tindakan yang sudah dilalui.

Upacara tersebut tak hanya diikuti oleh warga Solo, namun juga para abdi dalem dan sejumlah tamu undangan yaitu Gubernur Jawa Tengah, Walikota Solo, Menteri Sekretariat Negara Indonesia, serta perwakilan undangan Kemendikbudristek.

Bulan Suro atau bulan pertama dalam penanggalan Jawa dianggap suci dan dijunjung dalam tradisi Jawa. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi spiritual, bertukar pikiran, dan memperoleh pemahaman mendalam tentang kehidupan.

Festival Budaya Spirtual yang diselenggarakan mulai 17 Juli hingga 19 Juli 2023 dihelat bersamaan dengan Satu Suro atau Satu Muharam. Ratusan peserta penghayat kepercayaan mengikuti Kirab Pusaka yang digelar Keraton Surakarta untuk memperingati Satu Muharam. Peserta mengelilingi Pura Mangkunegaran lengkap mengenakan busana beskap bagi laki-laki dan kebaya hitam bagi perempuan.

Festival Budaya Spiritual mengemas praktik baik tradisi perayaan Bulan Suro dan dimeriahkan ratusan peserta perwakilan penghayat kepercayaan. Diawali dengan Napak Tilas Spiritual, Umbul Donga, Sarasehan Kebudayaan, Kirab Suro, Ruwatan Sukerto dan Pagelaran Wayang Kulit. Kesemuannya dimeriahkan dengan ekspresi budaya, kesenian tradisional dan tradisi tumpeng, serta pameran budaya oleh penghayat dan produk UMKM lokal.

Kejawen dipandang sebagai Ilmu yang mempunyai ajaran-ajaran yang utama, yaitu membangun tata krama atau aturan dalam berkehidupan yang baik. Kejawen merupakan kepercayaan dari sebuah etnis yang berada di Pulau Jawa. Filsafat Kejawen didasari pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf dari Jawa

Kejawen adalah kepercayaan yang memiliki banyak penganut di Indonesia. Apa sih sebenarnya kepercayaan dan ilmu kejawen itu? Simak penjelasannya di bawah ini!

Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang kebanyakan dianut oleh suku Jawa atau suku bangsa lain yang menetap di Jawa.

Kepercayaan ini sudah ada sejak lama dan dipercayai oleh banyak orang sejak dahulu kala.

Kejawen memiliki ajaran yang universal dan selalu melekat dengan orang-orang yang memercayainya.

Tertarik dengan seluk-beluk mengenai kejawen dan ilmunya?

Simak penjelasan mengenai ilmu kejawen di bawah ini!

Kata “Kejawen” memiliki arti sebagai “segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa.”

Dalam konteks umum, kejawen adalah filsafat yang memiliki ajaran-ajaran tertentu untuk membangun Tata Krama atau aturan berkehidupan yang mulia.

Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama seperti agama islam atau Kristen, tetapi lebih melihat kejawen sebagai cara pandang dan nilai-nilai.

Ajaran kejawen bervariasi dan sebagian dari ajaran ini mengadopsi ajaran agama pendatang, seperti hindu, buddha, islam, dan Kristen.

Terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda, berikut adalah beberapa aliran kejawen dengan anggota besar:

Pengobatan Penyakit Non Medis

 Pengobatan Penyakit Non Medis

Melayani Pembersihan Non Medis / Pengobatan Penyakit Non Medis untuk Area Malang Raya ( Kabupaten Malang ) dan Sekitarnya dan Pulau Jawa pada Umumnya serta Se Nusantara hingga Manca Negara.

Trah Mracang Kraton

 Noto Trah Mracang Kraton GK 

Gunung Kawi yang berada di Malang, Jawa Timur ini kerap kali dijuluki sebagai tempat pemujaan dan ritual pesugihan. Terdapat dua tempat utama yang bisa dikunjungi, yakni di Pesarean Gunung Kawi dan Kraton Gunung Kawi.
Pesarean Gunung Kawi umumnya digunakan sebagai tempat ngalap berkah dan pesugihan. Sedangkan untuk Kraton Gunung Kawi dikenal seperti tempat pertapaan. Meskipun sebagai tempat ritual, kedua tempat tersebut juga bisa didatangi bagi pengunjung yang ingin berwisata.
Kraton Gunung Kawi ini tidak seperti halnya Kraton Yogyakarta ataupun Surakarta. Tempatnya yang berada di dalam hutan Pinus ini justru berisi bangunan-bangunan yang disimbolkan sebagai kerukunan antar umat beragama. Yakni terdapat tempat ibadah agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Tempat yang berada lebih tinggi dibandingkan Pesarean membuat tempat ini menjadi sepi pengunjung.
Pengunjung yang mendatangi Kraton Gunung Kawi akan disuguhkan pemandangan pegunungan yang berpadu dengan rumah-rumah penduduk yang masih asri. Tempat yang berada di lereng pegunungan membuat pengunjung akan merasakan udara sejuk dan nuansa kedamaian.
Namun, setelah belok kiri di pertigaan terakhir menuju Keraton gunung Kawi, pengunjung akan merasakan nuansa yang sangat berbeda. Karena sepanjang 3 kilometer, pengunjung tidak akan menemukan rumah penduduk. Hanya ada hutan pinus dan pohon bambu yang menjulang tinggi di kanan dan kiri jalan. Bahkan pada saat siang hari, matahari pun sulit untuk menembus tebalnya pepohonan ini. 
Bagi pengunjung yang mengetahui kisah mistis di Kraton Gunung Kawi, tentu sedikit banyaknya merasakan aura mistis saat melewati jalan sepi ini. Sedikit berbeda dengan pengunjung yang tidak mengetahui, mungkin dapat menikmati perjalanan nan hijau ini. Terlebih tempat ini sangat cocok untuk memanjakan mata setelah perjalanan jauh.
Mulai memasuki kawasan Kraton, pengunjung akan merasakan nuansa yang sedikit berbeda dari jalan semak tadi. Tempat ini cenderung lega, karena pepohonan tinggi hanya berada di sekeliling Kraton. Akan tetapi, saat memasuki kawasan Kraton ini pengunjung akan mecium bau kemenyan dan dupa yang sangat menyengat. Sehingga aura mistis itu makin terasa kuat. 
Saat memasuki Kraton, pengunjung disambut dengan dua gapura besar khas Jawa di sebelah kanan dan kiri. Melewati gapura dan menjajaki anak tangga, pengunjung akan disambut dengan bangunan padepokan yang digunakan untuk sembahyang. Di depan padepokan ini biasanya pengunjung disambut juru kunci yang menanyakan maksud dan tujuannya datang ke Keraton Gunung Kawi.
Ruang utama di Keraton Gunung Kawi ini berada di paling atas. Ruang ini digunakan bagi orang-orang yang ingin melakukan ritual pertapaan. Bagi pengunjung yang memang datang untuk bertapa, mereka bisa langsung masuk dan melakukan ritual. 
Pada pintu masuk pengunjung akan disambut dengan patung kuda terbang berwarna hitam pekat. Saat memasuki ruangan ini pengunjung akan menemukan tempat bertapa yang berbentuk gua. Tentunya bau kemenyan dan dupa semakin tercium saat berada di ruangan ini.
Adapun harga tiket masuk di Keraton gunung Kawi ini sangat terjangkau, yakni pengunjung hanya perlu mengelurkan uang Rp10.000 untuk tiket masuk. Sedangkan biaya parkir di tempat ini bagi kendaran bermotor sebesar Rp2.000 dan mobil Rp5.000.

Header Spiritual Budaya


HomeBase :
Penginapan Ming San - Pesarean Gunung Kawi
Jl. Pesarean Gg. Padepokan No. 47 - Pesarean Gunung Kawi
Desa. Wonosari Kec. Wonosari Kab. Malang

Atas Nama : Kusuma Atma